KATA PENGANTAR
Buku #44ImamAkbar dan #EZM
*link download PDF teks asli berbahasa Arab dan terjemahan Indonesia berada di akhir
Syekh Prof. Dr. Fathi Abdurrahman Ahmad Hijazi
(Guru Besar Balaghah dan Kritik Sastra Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir)
Bismillahirrahmanirrahim
Ulama adalah Ahli Waris Para Nabi
Segala puji bagi Allah semata, dengan pujian yang layak bagi keagungan wajah-Nya, kebesaran kerajaan-Nya, kelimpahan karunia-Nya, serta rahmat dan anugerah-Nya yang sempurna.
Shalawat, salam, dan keberkahan semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, pemimpin alam semesta, penutup para nabi, pemberi syafaat di hari kita semua berhadapan dengan Tuhan semesta alam. Juga kepada keluarga beliau yang suci, para sahabatnya yang setia, serta para pengikut mereka yang berbuat baik sepanjang siang dan malam. Ya Allah, satukanlah kami bersama mereka dengan anugerah dan kemuliaan-Mu, wahai Sebaik-baik Penolong dan Pelindung. Sungguh, Engkau adalah sebaik-baik penolong… Amin. Amma ba’du.
Allah Yang Maha Mulia memuliakan orang-orang berilmu dengan penghormatan yang agung, sebagaimana firman-Nya—dan tiada perkataan yang lebih benar dari firman-Nya:
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (Surah Fathir: 28)
Dan firman-Nya pula:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: ‘Berilah kelapangan dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan bagimu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Surah Al-Mujadalah: 11)
Dengan jalan inilah para ulama berjalan di belakang para nabi pada setiap masa: menjadi penunjuk jalan yang lurus, pemimpin yang membawa petunjuk, dan pengemban amanah yang jujur. Mereka tidak berbicara kecuali dari Kitab Allah, tidak menyampaikan kecuali sabda Nabi-Nya. Hukum-hukum syariat mereka ambil dari Tuhan Yang Maha Pemurah melalui penjelasan Rasul-Nya yang terpercaya. Mereka membela kebenaran dengan segala daya demi ridha Allah, tanpa gentar oleh celaan, tanpa tunduk pada penguasa zalim, tanpa terikat oleh kerabat atau teman sejawat. Hidup mereka—dengan taufik dan karunia Allah—tegak di atas prinsip ini, dibangun dengan amal terbaik dan ucapan terindah dalam setiap keadaan.
Kami telah menyaksikan para ulama Al-Azhar berjalan di atas jalan lurus ini: menekuni ilmu dengan belajar dan mengajar, memberi fatwa dan penjelasan, membela kebenaran di mana pun berada, menolak kebatilan dengan sekuat tenaga, dan tetap dalam ibadah hingga ajal menjemput mereka.
Para masyayikh Al-Azhar di setiap masa mengajar di Masjid Al-Azhar. Imam Akbar Syekhul-Azhar bersama para ulama besar duduk mengajar selepas salat Subuh dan melanjutkan pelajaran hingga waktu Isya.
Aku pernah mendengar dari guru kami, Al-‘Allāmah yang penuh keberkahan, wali yang saleh, guru kami, Shalih Al-Ja’farī—semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya—bahwa setiap hari Sabtu, Ahad, dan Senin, majelis ilmu berlangsung tanpa henti sampai Isya. Beliau berkata: “Kami makan sahur sebelum Subuh dan berpuasa tiga hari itu setiap pekan secara rutin, karena tiada waktu untuk makan.” Maka ilmu mereka begitu luas dan mendalam. Kami pernah bertanya kepadanya tentang berbagai persoalan, baik dalam ilmu bahasa Arab, syariat, sejarah, maupun lainnya. Beliau selalu menjawab dengan keluasan penjelasan, menggerakkan pikiran kami, memenuhi hati kami dengan ilmu dan pengetahuan, meneguhkan keyakinan dan iman—semua dengan limpahan karunia Allah kepadanya.
Demikianlah keadaan para ulama sepanjang zaman, hingga hari ini, dan insya Allah hingga Hari Kiamat. Segala sesuatu yang ikhlas karena Allah akan kekal dan bersambung, sedangkan yang bukan karena Allah akan terputus dan sirna.
Allah Yang Maha Pemurah menghidupkan hamba-hamba-Nya dengan ilmu yang bermanfaat, ilmu yang abadi sepanjang masa. Ketika jasad mereka berpulang untuk beristirahat di sisi-Nya, maka ilmu mereka tetap hidup hingga Hari Kebangkitan.
Suatu ketika, Syekh Shalih Al-Ja’fari pernah ditanya: “Apakah di surga ada majelis ilmu bagi para ulama?” Beliau menjawab: “Ya, sebagaimana disebutkan dalam hadits.” Lalu beliau menambahkan: “Para ulama akan memiliki majelis-majelis di surga untuk menyampaikan ilmu guna menyenangkan penghuni surga, tetapi tanpa perintah dan larangan, sebab dunia telah berlalu dengan segala isinya. Kini kita berada di surga, semoga Allah memuliakan kita dengannya. Demikian pula tilawah Al-Quran di surga dilakukan oleh Allah, Rasul-Nya, dan ahli Al-Quran. Itulah karunia Allah, diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas ilmu-Nya lagi Maha Mengetahui.”
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Ditulis oleh
Hamba yang mengharap ampunan Tuhannya
Fathi Abdurrahman Ahmad Hijazi
Universitas Al-Azhar – Fakultas Bahasa Arab
15 Juli 2025
Penyalin Teks Arab: Moh. Kahfi Zamzami
Penerjemah: Mu’hid Rahman
***
LINK DOWNLOAD TEKS TULISAN TANGAN + BERBAHASA ARAB
